News Update :

Curhat ! Galau ! Protes ! Opini ! Kritik ! Saran

Poverty: The Real Weapon of Mass Destruction

Thursday, December 15, 2011 11:57 PM






Poverty exists everywhere.
In developing nations such as Malaysia, Indonesia, India, Pakistan, Philippines,Cambodia, Thailand,
  Afghanistan, Saudi Arabia, Egypt, Iraq, Palestine, just to name a small few, and even in wealthy countries like America.

And we may think we live in the same city, country or planet as they do... 
but in reality their world is completely different to ours.

At least 80% of humanity lives on less than $10 a day.

1 billion children live in poverty. That's every second child in this world.

1.6 billion people — a quarter of humanity — live without electricity.
(And we can't imagine living a day without the Internet or our cellphones)

According to UNICEF, 22,000 children die each day due to poverty. And they “die quietly in some of the poorest villages on earth, far removed from the scrutiny and the conscience of the world. Being meek and weak in life makes these dying multitudes even more invisible in death.”

The wealthiest nation on Earth has the widest gap between rich and poor of any industrialized nation. Source

Jembatan Tenggarong Runtuh, Apa Penyebabnya?

Thursday, December 1, 2011 7:36 AM

Jembatan Tenggarong yang menghubungkan kecamatan Tenggarong Seberang dengan kota Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Selatan, runtuh. Rubuhnya jembatan Mahakam II (Jembatan Tenggarong) bisa diakibatkan beberapa faktor. Tetapi, tetap saja faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam.

Dari sisi alam, sangat kecil kemungkinan bila di Kalimantan terjadi pergeseran tanah karena bukan berada di jalur gunung api. Sehingga, faktor kecerobohan manusia lebih masuk akal menjadi penyebab rubuhnya jembatan yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong.

Biasanya sebuah jembatan dibangun untuk umur 30-50 tahun, kecuali dalam penggunaannya ada perubahan beban. Contohnya bila seharusnya truk tronton dalam sehari lewat 20 kemudian berubah menjadi 30, maka tentu saja hal tersebut bisa mengurangi tingkat umur suatu jembatan, selain itu jembatan ini pun sering di lewati tongkang pengangkut batu bara.

Ada tiga hal yang memungkinkan jembatan Tenggarong rubuh dalam umur yang muda. Pertama, penyimpangan pada tahap perencanaan, apakah parameternya sudah sesuai atau belum. Tentu saja hal ini akan menentukan kekuatan suatu jembatan mulai dari ukuran, bentuk, dan jenis bahan yang digunakan.

Kedua, penyimpangan pada saat pelaksanaan pembangunan, tentu saja hal ini menentukan kekuatan dan batas umur suatu bangunan. Spesifikasi bahan yang digunakan tentu harus sama dengan yang ada dalam perencanaan. tetapi apabila berbeda maka pengaruhnya sangat besar.

Tentu saja jumlah baut yang seharusnya digunakan delapan ternyata yang digunakan hanya enam, pasti akan berbeda hasil dan kekutannya. Kemudian pada ukuran besi bila seharusnya digunakan besi ukur 10 tentu kekuatannya akan berbeda dengan menggunakan besi ukuran delapan. Merk dan negara pembuat pun akan berbeda kualitasnya. Misalnya seharusnya menggunakan baut buatan jerman, tetntu akan berbeda kekuatannya dengan menggunakan baut buatan China.

Ketiga, pengawasan atau pemeliharaan rutin atau berkala yang harus dilakukan terhadap jembatan tersebut. Hal tersebut pun tentu sangat berpengaruh untuk mengecek setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan tersebut. Bila ada perubahan beban dalam penggunaan jembatan tersebut, tentu saja ada yang berubah dalam kontruksinya. Bila bebanya terlalu berlebih, maka kabel baja yang digunakan dalam jembatan tersebut akan bergerak yang bisa mengakibatkan kelelahan pada kabel baja tersebut.

Tetapi untuk mengetahui penyebab yang sebenanrnya tentu pihak Pekerjaan Umum (PU) harus melakukan investigasi terhadap perencanaan, pelaksanaan, bahkan pada tahap pengawasan atau maintena. Sehingga bisa diketahui penyebab pasti rubuhnya jembatan gantung terpanjang di Indonesia.

Selain itu, perlu kita akui rata-rata kontraktor Indonesia  masih berada dibawah kontraktor luar begeri, meskipun saat ini kontraktor lokal sudah banyak yang go internasional. Kontraktor luar negeri sudah ada yang mampu membangun jembatan yang lebih bagus dengan waktu pembangunan yang cepat dan biaya murah. 

Konsep "Aku Ingin Maju" Dalam Diri

Wednesday, November 30, 2011 4:44 AM

Pernahkah Anda mendengar Nanotechnologist, atau ada istilah lain Medical Roboticist, Computer Forensic Analyst, atau Seed Production Engineer, Biomedical Engineer, Biorefinary Plant Specialist?. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak Anda terutama para remaja untuk melihat kedirian kita dalam konteks sosial yang lebih luas, bahwa di luar diri kita, rumah, teman-teman, sekolah, lingkungan kita ada hal menarik untuk dijadikan sandaran, tujuan, pegangan, acuan atau apapun sehingga kita tidak terjebak dalam radius lingkaran yang kecil dalam melihat dan menjalani kehidupan kita.

Jika kita mendengar nama Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Bill Gates, Sergey Brin, Larry Page, hampir semua mengenal mereka sebagai orang muda super sukses. Baru-baru ini peraih hadiah Nobel perdamaian juga orang muda, Tawakul Karmen, wanita 31 tahun seorang jurnalis yang aktif memperjuangkan hak asasi dan kebebasan berekspresi. Kita melihat banyak orang hebat di luar sana, yang tidak cuma pintar di dalam tapi juga punya kontribusi untuk orang lain. Namun jika kita berusaha menilik ke dalam, Indonesia punya banyak sekali orang muda yang luar biasa. Sebut saja seperti Muhammad Aimar dari Pangkal Pinang, peraih medali emas pada Olimpiade Sains Kuark tahun 2011 yang lalu, ada juga Steven Yuwono yang menjadi juara Olimpiade Sains di Taiwan pada 2008 lalu. Kita bisa saja merasionalisasi peristiwa itu sebagai peristiwa langka. Namun bagaimana dengan nama Henrikus Kusbiantoro sang desaigner logo kelas dunia, Sehat Sutardja pendiri Marvell Corporation yang pusatnya di Silicon valley, Oki Gunawan yang bekerja di Pusat Riset IBM atau Merry Riana wanita belia yang sukses di Singapura dan bahkan dinotbatkan sebagai wanita paling sukses dan inspiratif oleh Menpora-nya Singapura. Jika diteruskan, ternyata banyak orang muda Indonesia yang hebat.

Orang "setengah tua" yang hebat pun tidak kalah jumlahnya di negeri ini. Sebut saja Pak Sugiarto yang masih berusia 31 tahun tapi sudah memikirkan bagaimana menghasilkan air bersih buat warganya dan mengawali perjuangannya dengan menanam bibit beberapa jenis pohon, atau Ibu Tri Mumpuni yang "mencerahkan" masyarakat dengan teknologi listik yang sederhana namun bisa diterapkan dan ternyata manfaatnya amat sangat besar sehingga masyarakat desa tetap bisa membaca di malam hari dan melanjutkan kegiatan lain tanpa terhalang oleh kegelapan; Kak Butet Manurung, Mama Yosepha Alomang -dan masih banyak lagi nama-nama Indonesia yang kiprahnya tidak hanya di peruntukkan bagi kedirian, namun lebih pada kemasyarakatan dan keIndonesiaan.

Seringkali kita berpikir, untuk apa memikirkan yang hebat-hebat dan jauh-jauh, memikirkan persoalan diri sendiri saja sulit dan tidak selesai. Untuk apa repot-repot berusaha kalau sekarang saja sudah nyaman.

1.Bergerak, Berubah dan Maju


Mengacu pada istilah-istilah di paragraph pertama, itu semua adalah jenis pekerjaan yang dibutuhkan dalam rentang waktu 10 tahun mendatang. Sangat mungkin Indonesia pun membutuhkan jenis pekerjaan tersebut untuk memajukan pertanian, teknologi media & informasi serta sektor lain seperti konstruksi, industri serta pariwisata. Jika dilihat dari peta Indonesia, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus di bereskan untuk bisa jadi "orang maju" dan masyarakat maju; namun di pihak lain kesempatan untuk berpartisipasi dalam mewujudkannya pun sangat besar. Terlepas dari kondisi pemerintah dan birokrasi serta praktek hukum yang masih tidak jelas, masing-masing pribadi sudah pasti punya tugas dan misi "pribadi" ketika dilahirkan ke dunia ini yang harus di aktualisasikan semasa hidup.


Paragraph kedua, melukiskan orang-orang yang mengaktualisasikan kemampuan dan talentanya, searah dengan hidup mereka masing-masing. Contoh ini ingin mengatakan bahwa setiap orang dibekali talenta dan potensi yang memampukan masing-masing mewujudkan sesuatu yang baik demi kebaikan manusia (for human kind). Jadi mewujudkan sesuatu yang baik tidak mesti jadi orang besar dan orang terkenal dulu; dan mewujudkan yang besar pun tidak selalu membuat kita jadi pahlawan besar dan terkenal. Saya yakin banyak dari pembaca yang asing dengan nama-nama tersebut di atas. 


2.Hidup dalam ilusi dan otomatisasi


Apa hubungannya antara paragraph satu dan dua? Apakah artikel ini ingin memotivasi pembaca untuk menjadi orang hebat? Tentunya tidak demikian. Sederhananya, artikel ini ingin mengajak pembaca untuk melihat ke dalam diri, supaya menemukan kembali apa yang menjadi rencana hidup masing-masing agar hari lepas hari tidak berjalan begitu saja secara otomatis, karena dalam otomatisasi, tidak ada perubahan dan kemajuan. Di dalam setiap pribadi sudah tentu di tanamkan potensi laten yang akan teraktualisasikan jika ada media dan sarana (waktu, tempat, kesempatan). Pertanyaannya bukanlah apakah kesempatan itu harus dicari ataukah ditunggu. Masalah yang jauh lebih mendasar adalah, do we want to know what can we do and what can we be ? 


Para remaja terutama, kini banyak yang kehilangan arah dan tujuan karena otomatisasi dari aktivitas dan illusion of stability (ilusi akan kepastian). Masa remaja memang penuh dengan dinamika yang kadang meriah, kadang suram. Namun di luar dari kejadian sehari-hari, seberapa banyak yang memikirkan secara serius masa depannya dan menjalaninya accordingly secara konsisten, baik dengan cara membekali diri dengan ketrampilan maupun mematangkan ketrampilan dan keahlian yang sudah ada. Berapa banyak yang sudah mencari tahu apa yang dilakukan remaja-remaja di Negara lain, di tempat lain, di pulau lain atau di desa lain. Berapa banyak yang menelusuri masa depan Indonesia dan untuk itu apa yang "saya" butuhkan untuk bisa survive dan eksis di masa nanti; dan "apa yang bisa saya lakukan untuk tanah air ini".


3.Berawal Dari Krisis


Pertanyaan ini jika diarahkan pada diri sendiri, kemungkinan menimbulkan krisis yang seyogyanya tidak dihindari meski membuat hati tidak nyaman. Sayangnya kebanyakan remaja masih banyak yang memilih untuk menghindar berhadapan dengan calon kenyataan ini, dan memenuhi pikiran serta perasaan dengan hal-hal yang "mudah, sederhana dan menyenangkan", kalau perlu tidak usah berpikir apalagi memikirkan yang serius-serius. Padahal, jika di selidiki, setiap remaja pasti punya mimpi besar. Keri Russel mengatakan


"Sometimes it's the smallest decisions that can change your life forever".


Pepatah ini secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa bukan soal besar kecilnya keputusan maupun tantangan yang dihadapi, namun apakah kita berani membuat keputusan.


4.Being, Doing and Becoming


Ada pepatah menarik, "Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it's called the Present". Pepatah ini saya ungkapkan dan sasarkan pada para remaja terutama, supaya kita semua berhenti mengacukan diri pada segala sesuatu yang bersifat sementara, memakai ukuran jangka pendek maupun sibuk dengan persoalan yang tidak esensial / tidak penting karena ternyata hidup ini dibangun dari kekinian di tengah konteks perubahan yang sangat cepat.. Seperti kata Thomas L Friedman, "When the world is flat, whatever can be done will be done. The only question is whether it will be done by you or to you".


Indonesia kelak membutuhkan nanotechnologist, biomedical engineer, self enrichment and educators, energy resources engineer, dan banyak lagi. Pertanyaannya, apakah Anda, para remaja punya kemampuan dan keahlian yang dikatakan di google sebagai pekerjaan yang paling dibutuhkan 10 tahun mendatang. Apakah kita siap menghadapi perubahan drastic dunia dengan kekinian kita apa adanya ? Apakah kita masih bisa hidup tenang, nyaman, enak pada 10 tahun mendatang dengan kekinian dan kebiasaan yang kita pertahankan ini ? Apakah kita tahu bagaimana menggenapi mimpi kita sendiri dan apakah kita mampu menggenapi misi kita selama hidup di dunia ini. Mulailah kita menjawab satu per satu pertanyaan itu supaya kita bisa melanjutkan kehidupan ini dengan lebih baik. Cogito Ergo Sum ( "aku berpikir maka aku ada"

Selamat Datang 1433 H, Songsong Masa Depan Lebih Cerah

Monday, November 28, 2011 8:32 AM

Kini kita telah berada di hari kedua 1433 H. 1432 H memang telah kita tinggalkan, tetapi inspirasi selama kurun satu tahun itu tak boleh hilang. Bagi umat Islam, 1432 H bisa disebut sebagai tahun perubahan. Sedangkan media internasional menyebut tahun itu sebagai musim semi bagi kawasan.

Kawasan timur tengah, yang selama ini banyak dikuasai rezim diktator dan status quo, mengajarkan kepada seluruh umat Islam bahwa ketika umat bergerak untuk melakukan perubahan, Allah pun tidak diam membiarkan. Ada pertolongan. Bahkan ada keajaiban.

Sejak 13 Muharam 1432 H, rakyat Tunisia bangkit untuk menggelar unjuk rasa. People power itu berhasil menggulingkan rezim lama yang belepotan kezaliman dan korupsi. Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 9 Shafar 1432 H. Mata dunia Islam, seketika mengarah ke Tunisia. Ke sana pula mata internasional memandang. Revolusi telah dimulai!

Rakyat Mesir yang sudah jengah dengan rezim Mubarak segera mengkonsolidasikan diri. Dalam waktu yang tidak lama setelah aksi massa Tunisia dimulai, jalan-jalan Mesir dipenuhi kaki-kaki massa. Dan lapangan tahrir menjadi muara; ratusan ribu pemuda berkumpul di sana. Meneriakkan satu kata: perubahan!

7 Rabiul Awal 1432 H, Mubarak mengundurkan diri. Rezim diktator yang selama 30 tahun menindas gerakan Islam pun tumbang.

Obsesi perubahan terus bergerak. Angin revolusi demikian kencang menyulut darah muda mengobarkan perlawanan. Libya, Bahrain, Suriah, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, hingga Yaman. Protes terjadi di mana-mana. Penindasan yang selama ini dirasakan menyumbat kesabaran tak lagi mampu membendung arus besar perlawanan. Sayangnya, masih ada pihak di luar Islam yang mengambil keuntungan dari agenda perubahan itu. Misalnya di Libya yang kemudian timbul korban dalam jumlah yang lebih besar. Untungnya, rezim Khadafi bisa diakhiri dan kehidupan baru bisa dimulai.

Inspirasi yang mengesankan datang dari Turki. Gerakan Islam yang telah bermetamorfosis menjadi pemegang kendali pemerintahan untuk ketiga kalinya memenangi Pemilu dengan kemenangan mayoritas; 49,9 persen. 10 Rajab 1432 H itu bukan hanya menjadi hari kemenangan bagi AKP tetapi juga menjadi hari yang menginspirasi gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia untuk melayani masyarakat dengan menghamparkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka.

Tunisia yang telah menumbangkan rezim Ben Ali kemudian menyepakati penyelenggaraan pemilu untuk melahirkan pemerintahan baru. Harakah An-Nahdhah, yang sebelumnya dilarang memperjuangkan Islam dan ditengarai sebagai jaringan Ikhwanul Muslimin, keluar sebagai pemenang pada pemilu 26 Dzulhijjah 1432 H itu. An-Nahdhah meraih 90 kursi dari 217 kursi yang tersedia.

Menutup tahun 1432 H, inspirasi datang dari Maroko. Seruan perubahan di negeri itu memang tidak sampai pada level revolusi. Sebagai upaya menghentikan protes anti-pemerintah, referendum digelar pada Sya'ban 1432 H dengan hasil memutuskan percepatan pemilu. Rakyat setuju, dan mereka menentukan pilihan pada 29 Dzulhijjah 1432 H. Tepat pada hari terakhir 1432 H, partai Islam yang memiliki nama yang sama dengan gerakan di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan, memenangkan pemilu itu.

Fa'tabiru... ambillah i'tibar! Ambillah pelajaran! Banyak inspirasi selama 1432 H yang semestinya membuat kita sadar bahwa proyek kebajikan akan berhasil ketika kita serius memperjuangkannya, serta terus berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Ingatlah, sekuat apapun kezaliman, ia bisa ditumbangkan. Sehebat apapun kejahiliyahan ia bisa dilawan. Apalagi ketika kita memahami bahwa kezaliman yang dalam bahasa Arab berarti dhulmun memiliki akar kata yang sama dengan kegelapan. Dan kegelapan, ia akan sirna begitu kita datang membawa cahaya.

Maka, daripada mengutuk kegelapan, adalah lebih baik kita menyalakan sebatang lilin. Daripada mengeluhkan problematika yang ada, lebih baik kita bekerja. Terus bekerja menghadirkan solusi. Terus bekerja untuk negeri.

Selamat datang 1433 H. Selamat menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Lebaran Yang Aneh Di Negeri Ku Yang Aneh

Saturday, September 3, 2011 11:07 AM

Lebaran memang berlalu, tapi ini adalah sebuah catatan yang akan aku buka di tahun tahun yang akan datang. ketika Sebagian umat Islam Indonesia merayakan Idul Fitri 1432 Hijriah pada Rabu. Sebagian lagi sudah merayakannya sehari sebelumnya. 


Muhammadiyah lebih dulu memastikan Idul Fitri pada 30 Agustus 2011. Barulah kemudian Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam memutuskan Lebaran pada 31 Agustus 2011. 


Di era teknologi modern ini, yang paling belakangan mengambil keputusan ialah pemerintah. Berdasarkan hasil sidang isbat, pemerintah akhirnya memutuskan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011. 


Begitulah, perbedaan hari Lebaran kembali terjadi. Penyebabnya ialah perbedaan metode dalam menetapkan akhir Ramadan atau awal Syawal. Setiap organisasi ataupun kelompok Islam termasuk pemerintah mempunyai metode atau argumen sendiri dalam menetapkan Idul Fitri. 


Terlepas dari perbedaan metode dan argumen dalam menetapkan Idul Fitri, kita sepantasnya semakin dewasa dalam menghadapi perbedaan itu. Perbedaan sesungguhnya membawa rahmat dan manfaat bila kita bisa menghargainya sebagai kekayaan. Perbedaan pada dasarnya indah jika kita menghayatinya sebagai keragaman penuh warna. 


Sebaliknya, perbedaan bisa membawa laknat bila kita mempertentangkannya. Perbedaan bakal membawa mudarat jika ada semangat untuk menyeragamkan perbedaan itu. 


Andai ada semangat menyeragamkan, perbedaan yang sesungguhnya indah berubah menjadi petaka yang menakutkan karena ada pemaksaan. Alih-alih menghasilkan persatuan, upaya penyeragaman justru akan memicu perpecahan, memutus silaturahim. Sebab, dalam upaya penyeragaman semacam itu terkandung semangat menyalahkan kelompok lain yang berbeda. 


Idul Fitri jatuh pada bulan Syawal. Syawal sendiri bermakna peningkatan. Kita berharap pasca-Ramadan, penghargaan dan penghormatan kita pada perbedaan semakin tinggi, semakin meningkat. Apalagi, perbedaan dalam merayakan Idul Fitri hanyalah satu dari begitu banyak perbedaan yang kita hadapi dalam kehidupan sosial, berbangsa, dan bernegara. Kita berharap, kita bukan hanya makin dewasa dan terbuka dalam menghargai dan menghormati perbedaan Idul Fitri, melainkan juga dalam perbedaan-perbedaan lain dalam kehidupan nyata masyarakat yang plural. 


Tentu saja tetap terbuka peluang untuk menyatukan perbedaan melalui musyawarah, bukan melalui paksaan. Akan tetapi, jika kesatuan pendapat tidak tercapai, marilah kita rayakan perbedaan dengan penuh sukacita. 


Sebaiknya pemerintah pun tidak usah ikut menetapkan kapan Idul Fitri tiba. Biarlah hal itu menjadi keputusan organisasi kemasyarakatan ataupun kelompok di tingkat warga sesuai dengan metode atau argumen masing-masing. 


Apalagi bila penetapan itu dilakukan semata dengan mengambil posisi waktu Indonesia Barat sehingga menyebabkan warga di belahan waktu Indonesia Timur tidak tarawih, juga tidak takbiran.


Mestinya negara cuma ngurus gimana yg Lebaran Selasa gak bentrok/saling hina ma yg lebaran Rabu. Negara cuma ngatur rukunnya.KONSISTENSI

Syawal Yang Baru Untuk Hidup Lebih Baik

9:53 AM

Memasuki syawal Baru, Di Tahun 2011 Masehi, Awal untuk Kembali menjadi jiwa-jiwa yang suci. Sebuah hidup untuk kembali Menjadi anak manusia yang baru dilahirkan di muka bumi oleh ibunda-nya. Menjadi bersih untuk kembali menjadi kotor, adalah sebuah klise perjalanan anak manusia pada umum-nya, Kenyataan semakin sulit untuk bersikap menjadi manusia yang fitri seperti saat-saat ini, dengan suasana Syawal nan Fitri , kesombongan , keangkuhan , ke-egoisan  Melebur menjadi satu dalam jiwa yang di penuhi dengan kesucian. 


Sebuah tragedi baru sebuah Rencana baru dan janji yang sama pada diri sendiri Di tahun Yang lalu untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, kembali berulang di syawal yang baru. Itulah manusia kebanyakan tak terkadang diri ini seperti itu.!! tapi apakah itu syarat ??? kenyataan semakin hari semakin tahun, Semakin kita menjadi lebih dan lebih kotor lagi di hadapan Sesama sekalipun , Tak terbantahkan Semakin Tak Bernilai Di hadapan Tuhan.


Menjadi lebih baik, bukan menjadi kan manusia berlaku sombong kepada sesama-nya. menjadi lebih baik adalah menjadikan diri ini menjadi lebih bermanfaat untuk kebanyakan orang. terhitung masih sedikit dari kita dari diri ini yang lebih mementingkan diri sendiri.sebuah perenungan untuk ku untuk semua manusia pada umum nya di awal-awal bulan ini, semoga ini bukan hanya ucapan semata, yang berlalu begitu saja.Semoga menjadikan Sebuah Budaya yang baik dalam diri.




Bebaskan hidup untuk lebih bebas lagi untuk mencapai Ridha Illahi . Singkirkan Semua segala sesuatu yang menghalangi diri ini untuk lebih dekat dengan pencipta kita, karena itu tujuan kita yang Sebenar-benarnya.




Sudah malas untuk berteori bukan, lanjutkan di Syawal Yang Baru ini dengan Aksi Nyata, bahwa kita pantas menjadi kekasih Tuhan, dengan memanfaatkan Sisa Hidup didunia untuk mengerjakan kebaikan Dunia Akhirat. JADIKAN KEBAIKAN SEBAGAI BUDAYA.

Bisnis ! Marketing ! Earning ! Jasa ! Blogging

 

© Copyright Alip Rindra 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | ReDesign by Alip Rindra | Powered by Blogger.com.